twitter
rss

       
 Sain Dan Teknologi

 
 
Al Qur'an adalah firman Allah yang di dalamnya terkandung banyak sekali fakta ilmu pengetahuan.Diantaranya adalah  (klik disini)
  
Informasi… Konsep ini di masa sekarang memiliki makna yang jauh lebih berarti dibandingkan setengah abad yang lalu sekalipun. Para ilmuwan merumuskan sejumlah teori untuk mengartikan istilah informasi. Para ilmuwan sosial berbicara tentang “abad informasi”. Informasi kini tengah menjadi konsep yang amat penting bagi umat manusia (klik disini)
  
Darwinisme sedikit demi sedikit kehilangan pengaruhnya di Amerika Serikat (AS), dan salah satu contoh nyata akan hal ini telah terjadi baru-baru ini, yakni dimasukkannya sanggahan terhadap teori evolusi dalam buku-buku pelajaran di sejumlah negara bagian di AS.(klik disini)
   
Dalam terbitannya tanggal 12 April 2003, The New York Times memuat tulisan ahli astrofisika terkenal Paul Davies berjudul “A Brief History of the Multiverse” [“Sejarah Singkat Teori Multiverse (Jagat Raya Jamak)”]. Dalam tulisan ini, Prof. Davies berupaya mempertahankan pernyataan bahwa terdapat kemungkinan adanya jagat raya berjumlah tak hingga, dan jagat raya kita telah secara kebetulan menjadi cocok bagi adanya kehidupan. Ini adalah pernyataan terbaru yang telah digunakan kalangan pemikir materialis untuk mengelak ketika mendapati adanya perancangan sangat cermat dan sempurna di alam semesta. (klik disini)
  
Ternyata Perayaan Natal bukan berasal dari agama kristen, tetapi merupakan ajaran Pagan/Penyembah Berhala. Silakan membaca seluk beluk perayaan Natal dikupas secara lengkap oleh Herbert W. Armstrong seorang Pastur Worldwide Church of God yang berkedudukan di Amerika Serikat. Dia juga sebagai kepala editor majalah Kristen "Plain Truth" yang bertiras sekitar 8 juta eksemplar tiap bulan. (klik disini)
 



 
MOTIF UKIRAN MINANGKABAU
Dalam melahirkan motif-motif dasar ukiran juga terdapat ungkapan adat atau pepatah petitihnya sebagai pangkal tolak renungan seni ukir Minangkabau.. (Klik disini)


   




 

RAHASIA BESI
Dalam sebuah ayat di surat 57, Allah Yang Maha Kuasa merujuk tentang pembentukan unsur besi, dan memperlihatkan keajaiban ilmiah dengan kode matematis yang dikandungnya.
PENCIPTAAN YANG BERPASANG-PASANGAN
Kini, makna ayat Al Qur'an yang menyatakan tentang hal tersebut telah terungkap. Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara berpasangan, dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933…
RELATIVITAS WAKTU
Relativitas waktu dikemukakan melalui teori relativitas Einstein di tahun-tahun awal abad ke-20. Sebelumnya, manusia tidak mengetahui bahwa waktu adalah sebuah konsep yang relatif...
  
   

BAGIAN OTAK YANG MENGENDALIKAN GERAK KITAPenelitian yang dilakukan di tahun-tahun belakangan telah mengungkapkan bahwa bagian prefrontal, yang bertugas mengatur fungsi-fungsi tertentu otak, terletak di bagian depan tulang tengkorak...
KELAHIRAN MANUSIA
Langit, hewan, dan tumbuhan secara bergantian disebutkan sebagai bukti-bukti keberadaan dan kekuasaan Allah bagi manusia. Dalam banyak ayat, manusia diseru untuk memalingkan perhatian mereka pada penciptaan diri mereka sendiri...
SETETES MANI
Dari keseluruhan sperma berjumlah sekitar 250 juta yang dipancarkan dari tubuh pria, hanya sedikit sekali yang berhasil mencapai sel telur. Sperma yang akan membuahi sel telur hanyalah satu dari seribu sperma yang mampu bertahan hidup...
CAMPURAN DALAM AIR MANI
Dalam Al Qur'an, dijelaskan bahwa air mani merupakan cairan yang berupa campuran dari berbagai zat. Fakta ini telah dibenarkan oleh ilmu pengetahuan...
JENIS KELAMIN BAYI
Hingga baru-baru ini, diyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan secara bersama-sama oleh sel sperma pria dan sel telur wanita. Akan tetapi kita diberitahu informasi yang berbeda dalam Al Qur'an, yang menyatakan bahwa jenis kelamin pria atau wanita ditentukan "dari air mani, apabila dipancarkan"...
SEGUMPAL DARAH YANG MENEMPEL PADA RAHIM
Pada tahap awal pembentukannya, bayi dalam rahim ibu berbentuk zigot yang menempel pada rahim agar dapat menghisap sari-sari makanan dari darah ibu...
PEMBUNGKUSAN TULANG OLEH OTOT
Dinyatakan dalam sejumlah ayat Al Qur'an bahwa dalam rahim ibu, kerangka bayi terbentuk pada awalnya, dan kemudian otot-otot tumbuh dan membungkus tulang-belulang ini...
TIGA TAHAPAN BAYI DALAM RAHIM
Dalam Al Qur'an dipaparkan bahwa manusia diciptakan dalam rahim ibu melalui proses yang terdiri atas tiga tahap...
AIR SUSU IBU
Air susu ibu adalah sebuah campuran sempurna ciptaan Allah yang tak tertandingi. Air susu ini merupakan sumber makanan paling istimewa bagi bayi yang baru lahir, dan zat yang meningkatkan daya tahan tubuh bayi terhadap penyakit.
TANDA PENGENAL MANUSIA PADA SIDIK JARI
Ketika dinyatakan dalam Al Qur'an bahwa adalah mudah bagi Allah untuk menghidupkan kembali manusia setelah kematian mereka, sidik jari manusia ditegaskan secara khusus...

INFORMASI MENGENAI PERISTIWA MASA DEPAN DALAM AL QUR'AN
Keajaiban lain dari Al Qur'an adalah diungkapkannya sejumlah peristiwa penting yang akan terjadi di masa depan. Ayat ke-27 surat 48, misalnya, memberi kabar gembira pada orang-orang yang beriman bahwa mereka akan menduduki kota Mekkah, yang kala itu masih dikuasai kaum musyrikin...
Sisi keajaiban lain dari Al Qur'an adalah ia memberitakan terlebih dahulu sejumlah peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang. Ayat ke-27 dari surat Al Fath, misalnya, memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman bahwa mereka akan menaklukkan Mekah, yang saat itu dikuasai kaum penyembah berhala:
"Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rosul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui, dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat." (Al Qur'an, 48:27)
Ketika kita lihat lebih dekat lagi, ayat tersebut terlihat mengumumkan adanya kemenangan lain yang akan terjadi sebelum kemenangan Mekah. Sesungguhnya, sebagaimana dikemukakan dalam ayat tersebut, kaum mukmin terlebih dahulu menaklukkan Benteng Khaibar, yang berada di bawah kendali Yahudi, dan kemudian memasuki Mekah.
Pemberitaan tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa depan hanyalah salah satu di antara sekian hikmah yang terkandung dalam Al Qur'an. Ini juga merupakan bukti akan kenyataan bahwa Al Qur'an adalah kalam Allah, Yang pengetahuan-Nya tak terbatas. Kekalahan Bizantium merupakan salah satu berita tentang peristiwa masa depan, yang juga disertai informasi lain yang tak mungkin dapat diketahui oleh masyarakat di zaman itu. Yang paling menarik tentang peristiwa bersejarah ini, yang akan diulas lebih dalam dalam halaman-halaman berikutnya, adalah bahwa pasukan Romawi dikalahkan di wilayah terendah di muka bumi. Ini menarik sebab "titik terendah" disebut secara khusus dalam ayat yang memuat kisah ini. Dengan teknologi yang ada pada masa itu, sungguh mustahil untuk dapat melakukan pengukuran serta penentuan titik terendah pada permukaan bumi. Ini adalah berita dari Allah yang diturunkan untuk umat manusia, Dialah Yang Maha Mengetahui.
KEMENANGAN BYZANTIUM
Satu lagi pernyataan tentang kejadian masa depan yang diberitakan Al Qur'an dapat dijumpai di ayat pertama surat 30. Dalam ayat ini dinyatakan bahwa kendatipun telah mengalami kekalahan besar, Kekaisaran Bizantium dalam waktu dekat akan memperoleh kemenangan...
Penggalan berita lain yang disampaikan Al Qur'an tentang peristiwa masa depan ditemukan dalam ayat pertama Surat Ar Ruum, yang merujuk pada Kekaisaran Bizantium, wilayah timur Kekaisaran Romawi. Dalam ayat-ayat ini, disebutkan bahwa Kekaisaran Bizantium telah mengalami kekalahan besar, tetapi akan segera memperoleh kemenangan.
"Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang)." (Al Qur'an, 30:1-4)
Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, hampir tujuh tahun setelah kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia, ketika Bizantium kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa Bizantium dalam waktu dekat menang. Padahal, Bizantium waktu itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya mustahil baginya untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan kembali. Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard menjadi ancaman serius bagi Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang hingga mencapai dinding batas Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah memerintahkan agar emas dan perak yang ada di dalam gereja dilebur dan dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang. Banyak gubernur memberontak melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran tersebut berada pada titik keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan Armenia, yang semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.)
Pendek kata, setiap orang menyangka Kekaisaran Bizantium akan runtuh. Tetapi tepat di saat seperti itu, ayat pertama Surat Ar Ruum diturunkan dan mengumumkan bahwa Bizantium akan mendapatkan kemenangan dalam beberapa+tahun lagi. Kemenangan ini tampak sedemikian mustahil sehingga kaum musyrikin Arab menjadikan ayat ini sebagai bahan cemoohan. Mereka berkeyakinan bahwa kemenangan yang diberitakan Al Qur'an takkan pernah menjadi kenyataan.
Sekitar tujuh tahun setelah diturunkannya ayat pertama Surat Ar Ruum tersebut, pada Desember 627 Masehi, perang penentu antara Kekaisaran Bizantium dan Persia terjadi di Nineveh. Dan kali ini, pasukan Bizantium secara mengejutkan mengalahkan pasukan Persia. Beberapa bulan kemudian, bangsa Persia harus membuat perjanjian dengan Bizantium, yang mewajibkan mereka untuk mengembalikan wilayah yang mereka ambil dari Bizantium. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.)
Akhirnya, "kemenangan bangsa Romawi" yang diumumkan oleh Allah dalam Al Qur'an, secara ajaib menjadi kenyataan.
Keajaiban lain yang diungkapkan dalam ayat ini adalah pengumuman tentang fakta geografis yang tak dapat ditemukan oleh seorangpun di masa itu.
Dalam ayat ketiga Surat Ar Ruum, diberitakan bahwa Romawi telah dikalahkan di daerah paling rendah di bumi ini. Ungkapan "Adnal Ardli" dalam bahasa Arab, diartikan sebagai "tempat yang dekat" dalam banyak terjemahan. Namun ini bukanlah makna harfiah dari kalimat tersebut, tetapi lebih berupa penafsiran atasnya. Kata "Adna" dalam bahasa Arab diambil dari kata "Dani", yang berarti "rendah" dan "Ardl" yang berarti "bumi". Karena itu, ungkapan "Adnal Ardli" berarti "tempat paling rendah di bumi".
Yang paling menarik, tahap-tahap penting dalam peperangan antara Kekaisaran Bizantium dan Persia, ketika Bizantium dikalahkan dan kehilangan Jerusalem, benar-benar terjadi di titik paling rendah di bumi. Wilayah yang dimaksudkan ini adalah cekungan Laut Mati, yang terletak di titik pertemuan wilayah yang dimiliki oleh Syria, Palestina, dan Jordania. "Laut Mati", terletak 395 meter di bawah permukaan laut, adalah daerah paling rendah di bumi.
Ini berarti bahwa Bizantium dikalahkan di bagian paling rendah di bumi, persis seperti dikemukakan dalam ayat ini.
Hal paling menarik dalam fakta ini adalah bahwa ketinggian Laut Mati hanya mampu diukur dengan teknik pengukuran modern. Sebelumnya, mustahil bagi siapapun untuk mengetahui bahwasannya ini adalah wilayah terendah di permukaan bumi. Namun, dalam Al Qur'an, daerah ini dinyatakan sebagai titik paling rendah di atas bumi. Demikianlah, ini memberikan bukti lagi bahwa Al Qur'an adalah wahyu Ilahi.

Tema : Pendidikan Karakter Sebagai Pilar Kebangkitan Bangsa.
Subtema : Raih Prestasi Junjung Tinggi Budi Pekerti.

MEMBANGUN KEMAMPUAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
MELALUI PEMANFAATAN
TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI
DALAM RANGKA OTONOMI DAERAH DAN OTONOMI PENDIDIKAN*)
Oleh :
Prof. Dr. Azis Wahab, M.A. (Ed)
Direktur
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Pertama-tama saya sampaikan rasa terima kasih yang setulus tulusnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas kepercayaan yang diberikan kepada saya untuk menyampaikan Orasi Ilmiah dalam rangka pelaksanaan Wisuda X STKIP Garut dan Wisuda I AMIK Garut. Dalam acara upacara yang berbahagia ini marilah kita panjatkan puja dan puji serta rasa syukur kehadirat Allah Subhanahu Wataala yang berkat rakhmat dan karunia-Nya kita dapat melaksanaan acara ini sebaik-baiknya.
Pada Orasi Ilmiah ini saya akan berusaha mengetengahkan beberapa aspek penting tentang kaitan antara teknologi komunikasi dan informasi dengan peningkatan kemampuan manajemen di bidang pendidikan dalam menyongsong otonomi daerah. Hal itu dimaksudkan sebagai salah satu upaya pengembangan gagasan guna membangun suatu kesiapan perangkat pendidikan yang ada di daerah dalam menyongsong pelaksanaan otonomi daerah yang akan datang. Sesuai dengan apa yang disampaikan pemerintah tentang otonomi daerah, ditegaskan bahwa pelaksanaannya adalah pada Januari 2001, atau tiga bulan dari sekarang. Tiga bulan bukanlah waktu yang panjang bagi upaya persiapan yang baik bagi pelaksanaan sebuah sistem yang akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan secara keseluruhan.
Situasi tersebut membawa kita kepada keadaan yang sejalan dengan kecenderungan global yang ditandai dengan era informasi, era keterbukaan, era demokratisasi, deregulasi dan desentraralisasi.
Namun demikian euphoria kebebasan dan perubahan ini jangan sampai membawa kita sebagai bangsa tenggelam di dalam perubahan-perubahan yang amat cepat itu tetapi  bagaimana kita sebagai individu dan kelompok baik pada tingkat lokal, nasional  maupun global memposisikan diri dalam menghadapi gejolak perubahan tersebut.
Gejolak perubahan yang penuh dengan ketidakpastian itu membawa kita semua kepada upaya memilih dan menetapkan alternatif-alternatif yang paling baik bagi setiap orang. Dalam menghadapi perubahan yang cepat tersebut satu-satunya cara untuk tetap dapat berada pada posisi yang baik dalam situasi perubahan yang begitu cepat dan hampir-hampir tak terkendalikan itu adalah “belajar secara cepat” pada semua bidang kehidupan tak
terkecuali bidang pendidikan.
Kecepatan perubahan yang diistilahkan dengan “accellerated change”, ‘tumultuous change.” “rapid change” para akhli menuntut kepada kita semua yang hidup dalam abad informasi, era globalisasi yang diwarnai oleh revolusi teknologi komunikasi dan informasi mendorong setiap individu, lembaga dan organisisasi serta institusi pendidikan untuk melakukan repositioning agar senantiasa dapat exist dalam era yang penuh dengan “uncertainty”, “continuity” dan “confrontation” yang jika tidak dihadapi dengan penuh kearifan, kesiapan dan “kecerdasan” akan membawa malapetaka yang akan sulit mengatasinya.
Untuk itu diperlukan alat yang tepat dan manajemen yang baik agar keberadaan kita dalam situasi itu selain dapat mengikuti juga sekaligus diharapkan dapat mempengaruhi dan mengarahkan perubahan itu. Kemampuan itu hanya dapat dimiliki dengan memahami sebaik-baiknya perilaku dan sifat teknologi komunikasi dan informasi agar dapat dimaksimalkan pemanfaataannya bagi berbagai kepentingan dan khususnya di bidang pendidikan
Kesemua itu hanya mungkin dilakukan selain dengan memahami perilaku dan sifat teknologi komunikasi dan informasi juga harus dipahami dengan sebaik-baiknya kaitan yang kuat antara teknologi komunikasi informasi dengan pendidikan. Peranan teknologi informasi dapat dimaksimalkan dengan mengkaji kemungkinan-kemungkinan yang dapat dilakukan untuk pendidikan dengan memanfaatkannya secara maksimal. Perannya dalam berbagai segi kehidupan umumnya telah banyak dikenal atau bahkan telah digunakan oleh berbagai kalangan tidak terkecuali dalam bidang pendidikan.
Itulah sebabnya percepatan dalam  perubahan harus diimbangi dengan kecepatan dalam belajar sebab milenium III lebih diwarnai oleh perubahan kecenderungan yang amat kuat dari mengajar kepada belajar sebagaimana telah dikemukakan oleh Rose dan Nicholl (1997) di mana manpower telah digantikan perannya oleh mind power / brain power / intellectual power sebab perubahan-perubahan yang cepat termasuk apa yang disebut revolusi teknologi komunikasi dan informasi ditandai dengan perubahan yang cepat
(accellerated change) dan untuk itu perlu diimbangi dengan kecepatan di dalam belajar (accellerated learning).
Kecepatan didalam belajar dapat dilakukan antara lain dengan memperhatikan prinsip-prinsip berikut :
  1. belajar bagaimana belajar (learning how to learn);
  2. memahami dengan baik teknik belajar sendiri (natural learning style);
  3. memiliki kemampuan/keterampilan dalam memanfaatkan teknologi informasi;
  4. mengkaji informasi dengan cepat, memahaminya dan diingat dengan baik.
Mengkaji dan mengimplementasikan prinsip-prinsip di atas diharapkan dapat membantu percepatan dalam belajar yang juga sekaligus merupakan tuntutan era informasi yang dipacu lebih cepat melalui revolusi teknologi komunikasi dan informasi sebagaimana telah diutarakan. Karena itu prinsip-prinsip di atas juga sekaligus merupakan langkah-langkah penting yang perlu dikaji dalam pelaksanaan desentralisasi daerah dan otonomi pendidikan yang didasari oleh  pendidikan yang berbasis masyarakat (Community-Based Education – CBE) dan pada akhirnya mengarah pada pengelolaan berbasis sekolah (School-Based Management).
Memanfaatkan berbagai kemudahan dari teknologi komunikasi dan informasi hanya mungkin terjadi jika dikelola dengan baik. Telah dipahami bahwa kepemimpinan adalah inti manajemen, dan oleh sebab itu meningkatkan kemampuan manajemen merupakan sebuah keharusan jika keberhasilan pelaksanaan pendidikan dalam era desentralisasi daerah dan desentralisasi pendidikan diharapkan berhasil. Peningkatan kemampuan manajemen dapat dilakukan melalui kepemimpinan yang dapat menciptakan situasi yang kondusif bagi terjadinya inovasi dan perubahan-perubahan dengan menggunakan berbagai perangkat teknologi komunikasi dan informasi.
Oleh karena sifat yang melekat pada teknologi komunikasi dan informasi,   membuka kemungkinan bagi pemanfaatannya secara luas dalam bidang pendidikan baik pada tingkat perencanaan dan pembuatan keputusan (decision support system) tentang suatu kebijakan pendidikan sampai pada implementasinya dalam mendukung proses pendidikan tersebut. Hal itu dimungkinkan oleh besarnya peluang untuk mengakses informasi secara cepat dalam waktu singkat dan dari sumber-sumber informasi yang bervariasi dengan tingkat akurasi yang tinggi. Karena itu masalah jarak dan jumlah informasi yang diperlukan  tidak lagi menjadi persoalan yang justru selama ini menjadi sebab utama terjadinya kesenjangan antara pusat dan daerah sebagai akibat langsung dari sifat pengelolaan pendidikan yang sentralistik dan diperparah oleh peralatan dan sistim informasi manajemen yang amat sederhana.
Kesempatan seperti itu hanya mungkin diatasi dengan pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi secara baik. Revolusi informasi global telah berhasil menyatukan kemampuan komputasi, televisi, radio dan telefoni secara terintegrasi Hal ini juga merupakan hasil dari suatu kombinasi revolusi dibidang komputer personal, transmisi data dan kompresi, lebar pita (bandwidth), teknologi penyimpanan data (data storage) dan penyampai data (access) integrasi multimedia dan  jaringan komputer. Konvergensi dari revolusi teknologi tersebut telah menyatukan berbagai media, yaitu suara (voice,audio), video, citra (image) grafik dan teks.  (Adisasono, 2000)
Teknologi komunikasi dan informasi pada dasarnya memungkinkan dan memudahkan manusia untuk dapat saling berhubungan dengan cepat, mudah dan terjangkau serta memiliki potensi untuk membangun masyarakat yang demokratis, dan salah satu dampak terbesarnya adalah demokratisasi di bidang pendidikan,  ditandai dengan adanya  hubungan antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa, bahkan antara guru dengan guru dan antara guru, siswa, orangtua dan masyarakat dalam kaitannya dengan proses pendidikan di dalam dan di luar sekolah.
Dengan sifat-sifat teknologi komunikasi dan infromasi seperti itu telah membuka peluang besar bagi pemerintah daerah dan kota untuk dapat menyiapkan diri membangun sebuah sistem informasi yang memungkinkan terjadinya proses pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi bagi kemajuan pendidikan di daerah dan kota. Hal itu merupakan konsekwensi dari ketersediaan jenis teknologi yang dimaksud dalam pelaksanaan otonomi daerah. Itu juga berarti bahwa melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi tersebut khususnya internet kendala keterjangkauan dan ekspose terhadap informasi antar berbagai wilayah di seluruh Indonesia dapat diatasi dan keutuhan wilayah negara kesatuan Republik Indonesia dapat tetap terjaga.
Namun yang terpenting dari keadaan ini adalah dibutuhkannya tanggung jawab moral setiap penyedia (provider) dan pengguna teknologi komunikasi dan informasi tersebut karena selain diperoleh kemudahan juga akan berjalan seiring dengan dampak negatif yang akan ditimbulkannya seaindainya pemanfaatannya itu tidak didasari nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan, etika, estetika dan kearifan para pemakainya.
Hanya dengan mengembangkan nilai-nilai seperti itu dampak negatif dari pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet dapat diminimalkan khususnya bagi generasi muda yang masih dalam pertumbuhan dan pancaroba. Membangun sebuah keterbatasan dalam bersentuhan dengan teknologi komunikasi dan informasi tersebut hampir tidak mungkin karena begitu terbukanya berbagai sumber informasi yang disana sini diwarnai dengan berbagai “trick” yang mengundang keterlibatan semua orang termasuk generasi muda untuk terlibat kedalam sistem teknologi komunikasi dan informasi yang “mereka” bangun.
Hal itu amat dimungkinkan karena dengan arahan yang tepat dan sedikit intervensi, teknologi komunikasi dan informasi dapat membantu mentransformasikan mereka yang selama ini berada pada posisi marjinal di banyak daerah dengan peralatan sebuah komputer multi media dapat berubah dari posisi pengamat  menjadi menjadi posisi partisipan aktif, dan disinilah sebenarnya peranan teknologi informasi terhadap dunia pendidikan dalam proses demokratisasi pendidikan menjadi sangat signifikan.  
Dengan berkembangnya teknologi informasi tersebut  batas-batas antar negara menjadi hilang (borderless nations) demikian pula antara binis, pendidikan dan bahkan media. Perkembangannya begitu dahsyat  sehingga hampir tidak ada aspek kehidupan (pendidikan, perdagangan, semua segi usaha, hiburan, pemerintahan, pola kerja, pola produksi dan bahkan pola hubungan antar manusia) yang terlepas dari pengaruh atau bahkan dampak yang  ditimbulkannya yang pada saat sekarang ini menjadi perhatian serius dari  berbagai negara di dunia. Apa yang pada mulanya sulit dicapai oleh daerah khususnya daera-daerah yang terpencil hampir dapat dipastikan tidak ada kendala lagi sepanjang perangkat teknologi yang butuhkan memang tersedia.
Menjelang memasuki abad ke-21 hampir semua negara didunia bertanya tentang masa depan dunia yang mengalami perubahan dengan cepat itu. Untuk memahami persoalan itu dengan baik sejumlah ahli di bidang bisnis, organisasi dan manajemen serta keuangan dunia menuangkan kembali pemikiran mereka melalui sebuah buku yang berjudul “Rethinking the Future” sebuah buku yang  menjelaskan perkembangan dunia yang ditandai dengan ketidakpastian uncertainty yang semakin meningkat dalam mana pekerjaan, organisasi dan ekonomi juga turut berubah.
Guna mengantisipasi semua itu berbagai negara maju didunia telah siap dengan program-program dan proyek mereka khususnya dalam bidang pendidikan untuk dapat memasuki abad ke-21 tsb. sebagai abad informasi dapat dimasuki dengan mulus. Dalam upaya-upaya itu sistem-sistem yang sentralistik sudah mulai ditinggalkan dan mulai mengarah pada desentralisasi kekuasaan dan wewenang dalam berbagai bidang kehidupan, tidak terkecuali Indonesia dengan otonomi daerahnya.
Antisipasi dalam bidang pendidikan tersebut diantaranya telah dilakukan oleh Amerika dengan berbagai proyek pemanfaatan teknologi dalam bidang pendidikan dan keterkaitannya dengan peran dunia bisnis dan industri. Khusus untuk Amerika serikat sebagai negara industri maju tidak dapat dibandingkan dengan perkembangan daerah tingkat II di Indonesia. Namun untuk antisipasi kedepan membagi pengalaman dengan negara maju yang dimungkinkan oleh teknologi komunikasi dan informasi tidak berlebihan kiranya jika hal itu dikemukakan dalam kesempatan yang  berbahagia ini.
Sebagai negara industri maju Amerika Serikat dalam upaya menempatkan posisi pendidikan terhadap kemajuan teknologi dan revolusi teknologi informasi mengetengahkan beberapa pertanyaan: “In highly advanced, technological society such as the United States, how do students know what skills they need to qualify for the jobs, and the advanced training of their choice? How can schools best teach necessary skills? How can industry and educational together help create a more effective education system, a more vibrant, productive economy?”
Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak kurang dari Presiden Amerika Serikat Bill Clinton telah menggagas sebuah agenda nasional untuk pendidikan yang diberi nama “The President’s Educational Technology Initiatives”. Untuk merealisasikan gagasannya itu Presiden mengemukakan bahwa “In our schools, every classroom in America must be connected to the information superhighway, with computers and good software, and well-trained teachers. We are working with the telecomunications industry, education and parents to connect 20 percent of California’s classrooms this spring, and every clasroom and every library in the entire United States by the year 2000. I ask congress to support this educational technology initiative so that we can make sure this national partnership succeeds.” Apa yang dikemukakan dalam pandangan di atas adalah merupakan fokus dari orasi ilmiah pada hari ini sebagai antisipasi dalam menyongsong otonomi pendidikan dalam kerangka otonomi daerah.
Persoalannya sekarang adalah bagaimana agar daerah dengan segala kemampuannya dan kendala yang dihadapinya dapat membangun sebuah model jaringan antar daerah didalam sebuah kabupaten atau bahkan antar sekolah dan antar perguruan tinggi di daerah untuk saling berhubungan sehingga informasi penting dan kemajuan-kemajuan dalam bidang pendidikan di suatu daerah/sekolah/perguruan tinggi dapat diakses oleh daerah/sekolah/ perguruan tinggi lain. Hal ini penting dikemukakan karena selain daerah-daerah selama ini sering tertinggal dalam berbagai informasi termasuk informasi penting tentang pendidikan, juga sering didengar keluhan adanya berbagai potensi didaerah yang belum dikenal dan dikelola dengan baik bagi kemajuan daerah. Bahkan juga terlalu sering didengar di sekolah atau perguruan tinggi guru atau dosen mengatakan bahwa teks mata pelajaran atau mata kuliah yang ada tidak dikemukakan secara tepat, atau hanya satu atau dua bab dari buku teks yang ada yang relevan dengan mata pelajaran atau mata kuliah yang sedang disampaikan.
Hal itu tentunya dapat diatasi seperti yang telah dikemukakan dalam sebuah tulisan yang berjudul “Innovation in 21st Century Education” dikatakan sebagai berikut :” With the internet, we have a chance to change that! First we can expand the scope of social issues, as well as coming up with new perspectives by teaching HTML, the language of the net in social science classes, and require them to write a webpage. HTML is basically a word processing and easy to learn, no other language is needed for non-business uses.I’ve written 15 pages, all without using any other language, except stuff I’ve cut and pasted and not needed to modify.
Untuk mencapai apa yang dikemukakan diatas dapat diperoleh melalui sebuah jaringan KOMPUTER  terbesar di dunia yang disebut dengan INTERNET, yang dapat berfungsi dengan baik jika didukung oleh perangkat komputer dengan perangkat lunak yang baik, dan dengan guru yang terlatih baik. Menggunakan internet dengan segala fasilitasnya akan memberikan kemudahan untuk mengakses berbagai informasi untuk pendidikan yang secara langsung dapat meningkatkan pengetahuan siswa bagi keberhasilannya dalam belajar.
Melalui teknologi informasi yang dimiliki baik oleh daerah maupun oleh individual sekolah, dapat memanfaatkannya diantaranya untuk :
  1. penelusuran dan pencarian bahan pustaka;
  2. membangun Program Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) untuk memodelkan sebuah rencana pengajaran
  3. memberi kemudahan untuk mengakses apa yang disebut dengan  virtual clasroom ataupun virual university;
  4. pemasaran dan promosi hasil karya penelitian;
Kegunaan-kegunaan seperti diatas itu dapat diperluas bergantung kepada peralatan komputer yang dimiliki jaringan dan fasilitas telepon yang tersedia dan provider yang bertanggung jawab untuk tetap terpeliharanya penggunaan jaringan komunikasi dan informasi tersebut. Dari waktu kewaktu jika dilihat dari jumlah pemakaian yang makin meningkat secara eksponensial setiap tahunnya memungkinkan fasilitas yang pada mulanya hanya dapat dinikmati segelintir orang, dan sekelompok kecil sekolah terkemuka dengan biaya operasional yang tinggi, kedepan besar kemungkinan biaya yang besar itu akan dapat ditekan sehingga pemanfaatannya benar-benar dapat menjadi penunjang utama bagi pengelolaan pendidikan khususnya bagi pendidikan di daerah.
Agar pemanfaatan teknologi informasi tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal maka juga dibutuhkan kemampuan pengelola teknologi komunikasi dan informasi yang baik yang dapat diperoleh melalui pelatihan baik untuk tingkat pembuat kebijakan pendidikan di daerah maupun pada tingkat sekolah. Pemahaman dan kemampuan manajerial kepala sekolah berkaitan dengan pemanfaatan teknologi komunikasi dan infomasi tersebut merupakan salah satu persyaratan pokok dalam pemilihan kepala sekolah. Mintzberg misalnya mengemukan sepuluh peran manajerial pemimpin yang meliputi :
  1. informational roles menempatkan manager sebagai monitor, disseminator dan spokes person,
  2. decisional roles yang melibatkan manager sebagai entrepreneur, disturbance handler, allocator dan negotiator,
  3. interpersomal roles melibatkan manager sebagai figurhead, liason dan leader.
Pemanfaatan teknologi seperti disebutkan di atas akan lebih besar kemungkinannya dalam pengelolaan pendidikan yang berbasis sekolah School – Based Management (SBM), salah satu bentuk pengelolaan yang kelak akan dilakukan oleh sekolah-sekolah dalam kerangka desentralisasi pendidikan atau otonomi pendidikan. Kemungkinan keberhasilan bentuk pengelolaan pendidikan di sekolah seperti itu akan lebih besar jika didukung oleh pendidikan yang berbasis masyarakat Community Based Education (CBE) sehingga terjadi hubungan yang sinergi antar sekolah, orang tua, pemerintah dan masyarakat bagi pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan di daerah. Dengan demikian
pendidikan diharapkan akan menjadi “lokomotif” pembangunan daerah.
Melihat pada volume informasi yang diperlukan dan dihubungkan dengan keterbatasan teknologi yang dimilki sekolah untuk mengelola informasi menyebabkan sedikit sekali terjadi perubahan di sekolah. Keadaan sekarang juga kadang bergantung pada informasi yang dimiliki seseorang di dalam kepalanya yang tidak selalu mudah untuk mengaksesnya., karena itu pada umumnya nampak bahwa kepala sekolah tidak selalu dapat mengawasi dan memanfaatkan dengan  baik penyimpanan informasi di sekolah.
Pada hal untuk pengambilan keputusan yang cepat dan tepat diperlukan penanganan informasi yang baik terutama kelak bila desentralisasi pendidikan benar-benar telah terjadi sebab: “The effective handling of information is of central important to the decision-making role of the principal. Unorganized and difficult-to-access information is the great enemy of effective schools decision making.” (Garis bawah dari penulis) Pandangan di atas menunjukkan peran yang amat penting dalam pengelolaan informasi bagi pengambilan keputusan di sekolah. Dalam perkembangannya memang amat diperlukan informasi yang cepat dan tepat bagi pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh pimpinan dalam hal ini kepala sekolah. Untuk itu kedepan dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi khususnya Sistem Informasi Manajemen akan diperlukan sebagai Decision Support System.
Dengan memilih bentuk pengelolaan pendidikan berbasis sekolah sebagai konsekuansi dari demokratisasi pendidikan dan dengan dukungan masyarakat maka peran kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan di sekolah akan semakin penting. Dalam melaksanakan tugas “informational role”-nya itu kepala sekolah harus dapat menetapkan langkah-langkah kongkrit dalam pengelolaan informasi sebagai hal yang pokok dalam pengelolaan pendidikan berbasis sekolah.
Di negara-negara yang sudah maju dalam bidang teknologi komunikasi dan informasi, peran penting dari komputer dalam pengelolaan pendidikan telah dikenal sejak kurang dari dua dekade yang lalu seperti dikemukakan oleh Commonwealth Schools Commission in 1984 Australia misalnya yang menyediakan program komputer bagi pendidikan melalui National Computer Education Program menyatakan bahwa: “…it was argued that principals and in-school administrators should use computing systems to enchance  communications between all groups involved in the functioning of the school, and to streemline administration and curriculum support.
Pengadaan perangkat komputer dan pengetahuan pemanfaatannya sudah merupakan sesuatu yang harus terutama dalam memasuki abad ke 21 dan dalam rangka mempersiapkan diri menerima wewenang otonomi pendidikan sebab paling tidak karena beberapa hal:
  1. Informasi yang disimpan secara elektronik memiliki fleksibilitas dalam mengkakses dan dalam pemanfaatannya yang sudah tidak mungkin dilakukan melalui sistem penanganan informasi dengan cara lama. Komputer juga menyediakan begitu banyak kemudahan dalam mengelola informasi dalam arti menyimpan, mengambil kembali dan pemutahiran informasi.
  2. Komputer juga merupakan alat yang memiliki kemampuan luar biasa dalam membantu memanfaatkan informasi itu dalam rangka pengambilan keputusan dan pemecahan masalahan secara kreatif. Kemampuan komputer juga untuk memanipulasi dan menyusun kembali informasi untuk kepentingan khusus pemakai menjadikannya menjadi alat yang efektif dalam tugas menganalisis dan menanfsirkan kecenderungan yang terjadi, pengujian hipotesisi dan identifikasi kecenderungan baru program-program sekolah.
  3. Dengan menempatkan komputer di bawah kendali langsung kepala sekolah akan menjadi alat yang amat ampuh untuk pengelolaan dan pemrosesan informasi sebuah kemampuan yang mengantarkan langsung informasi secara cepat kehadapan kepala sekolah dan juga kepada pimpinan lainnya.
  4. Komputer sebagai alat untuk memproses informasi, dan memiliki tingkat aplikasi dalam setiap langkah proses manjemen–perencanaan, mengkumunikasikan, mengorganisasikan, pengawasan dan memotivasi.
Dengan memperhatikan berbagai hal berkenaan dengan pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi untuk pendidikan dalam rangka otonomi daerah dan otonomi pendidikan membuka peluang yang sebaik-baiknya bagi setiap lembaga terkait dengan pelaksanaan dan pengelolaan pendidikan untuk bekerjasama secara lebih baik dan lebih erat. STKIP Garut misalnya akan menyediakan tenaga-tenaga professional di bidang pendidikan (guru dan tenaga kependidikan lainnya) sedangkan AMIK meneyediakan tenaga-tenaga professional di bidang pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi khususnya komputer untuk lebih meningkatkan pengelolaan pendidikan dengan berbagai kebijakan yang didadasari tanggung jawab dari Pemerintah Daerah dengan menempatkan pendidikan sebagai titik sentral pelaksanaan pembangunan daerah melalui kebijakan pengembangan dan pemanfaatan sumber daya manusia berkualitas untuk pembangunan. Dalam pada itu melibatkan orangtua dan masyarakat dalam setiap langkah kebijakan akan meningkatkan perhatian dan partisipasi masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat umumnya dan pendidikan khususnya.
Demikianlah uraian saya melalui orasi ilmiah yang saya sampaikan dalam rangka Wisuda X STKIP Garut dan Wisuda I AMIK, semoga apa yang telah saya sampaikan dalam orasi ilmiah ini bermanfaat adanya, dan semoga STKIP dan AMIK khususnya dan Daerah Tk.II Kabupaten Garut umumnya sesantiasa memperoleh limpahan rahmat dan ridho  Allah Subhanahu Watala dalam melaksanakan pembangunannya. Amin.
Billahit Taufiq Wal Hidayah, Wassalamu Alaikum Warachmatullahi Wabarakatuh.
DAFTAR BACAAN
Adi Sasono, (2000) Pendidikan dan Teknologi Kerakyatan, Makalah disampaikan di dalam Kovensi Nasional Pendidikan Indonesia, UNJ: Jakarta.
Azis Wahab, (2000) Pengelolaan Berbasis Sekolah, Makalah disampaikan di dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia, UNJ: Jakarta.
Gibson, Rowan,.(1997) Rethinking The Future, London: Nicholas Brealy Publishing.
Pandapotan, Sianipar,.(1996) Panduan Menggunakan Internet, Jakarta : Elex Media Computindo, Kelompok Gramedia
Rose,Collin and Nicholl, Malcolm J,. (1997) Accellerated Learning For The 21st  Century,  New York : A Dell Trade Paperback.
Turney,C et.all., (1992) The School Manager : Educational ManagementRoles and Tasks NSW Australia  : Allen & Unwin.
 
Undang-Undang Otonomi Daerah 1999,. (1999) UU No.22 Th 1999 tentang Pemerintahan daerah, UU No.25 Th 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah dan UU No.28 Th.1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari KKN. Jakarta :Sinar Grafika. 
---------------------------
*) Disampaikan pada Orasi Ilmiah dalam rangka pelaksanaan Wisuda X STKIP Garut dan Wisuda I AMIK Garut.
  Sumber : http://rizalmartilova.blogspot.com/

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

  ( DI ERA OTONOMI PENDIDIKAN )
 

Oleh : 
Prof. Suyanto, PhD. 
 
DALAM era desentralisasi seperti saat ini, di mana sektor pendidikan juga dikelola secara otonom oleh pemerintah daerah, praksis pendidikan harus ditingkatkan ke arah yang lebih baik dalam arti relevansinya bagi kepentingan daerah maupun kepentingan nasional. Manajemen sekolah saat ini memiliki kecenderungan ke arah school based management (manajemen berbasis sekolah/MBS).

Dalam konteks MBS, sekolah harus meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaannya guna meningkatkan kualitas dan efisiensinya. Meskipun demikian, otonomi pendidikan dalam konteks MBS harus dilakukan dengan selalu mengacu pada akuntabilitas terhadap masyarakat, orangtua, siswa, maupun pemerintah pusat dan daerah.
  
Agar desentralisasi dan otonomi pendidikan berhasil dengan baik, kepemimpinan kepala sekolah perlu diberdayakan. Pemberdayaan berarti peningkatan kemampuan secara fungsional, sehingga kepala sekolah mampu berperan sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya. Kepala sekolah harus bertindak sebagai manajer dan pemimpin yang efektif. Sebagai manajer ia harus mampu mengatur agar semua potensi sekolah dapat berfungsi secara optimal. Hal ini dapat dilakukan jika kepala sekolah mampu melakukan fungsi-fungsi manajemen dengan baik, meliputi (1) perencanaan; (2) pengorganisasian; (3) pengarahan; dan (4) pengawasan.
 
Dari segi kepemimpinan, seorang kepala sekolah mungkin perlu mengadopsi gaya kepemimpinan transformasional, agar semua potensi yang ada di sekolah dapat berfungsi secara optimal. Kepemimpinan transformasional dapat didefinisikan sebagai gaya kepemimpinan yang mengutamakan pemberian kesempatan, dan atau mendorong semua unsur yang ada dalam sekolah untuk bekerja atas dasar sistem nilai (values system) yang luhur, sehingga semua unsur yang ada di sekolah (guru, siswa, pegawai, orangtua siswa, masyarakat, dan sebagainya) bersedia, tanpa paksaan, berpartisipasi secara optimal dalam mencapai tujuan ideal sekolah.
 
Ciri seorang yang telah berhasil menerapkan gaya kepemimpinan transformasional (Luthans, 1995: 358) adalah sebagai berikut: (1) mengidentifikasi dirinya sebagai agen perubahan (pembaruan); (2) memiliki sifat pemberani; (3) mempercayai orang lain; (4) bertindak atas dasar sistem nilai (bukan atas dasar kepentingan individu, atau atas dasar kepentingan dan desakan kroninya); (5) meningkatkan kemampuannya secara terus-menerus; (6) memiliki kemampuan untuk menghadapi situasi yang rumit, tidak jelas, dan tidak menentu; serta (7) memiliki visi ke depan.
  
DALAM era desentralisasi, kepala sekolah tidak layak lagi untuk takut mengambil inisiatif dalam memimpin sekolahnya. Pengalaman kepemimpinan yang bersifat top down seharusnya segera ditinggalkan. Pengalaman kepemimpinan kepala sekolah yang bersifat instruktif dan top down memang telah lama dipraktikkan di sebagian besar sekolah kita ketika era sentralistik masih berlangsung.
 
Beberapa fenomena pendidikan persekolahan sebagai hasil dari model kepemimpinan yang instruktif dan top down dapat kita sebutkan, antara lain, sistem target pencapaian kurikulum, target jumlah kelulusan, formula kelulusan siswa, dan adanya desain suatu proyek peningkatan kualitas sekolah yang harus dikaitkan dengan peningkatan NEM (nilai ebtanas murni-Red) secara instruktif. Keadaan ini berakibat pada terbelenggunya seorang kepala sekolah dengan juklak dan juknis. Dampak negatifnya ialah tertutupnya sekolah pada proses pembaruan dan inovasi.
  
Keadaan ini pernah dialami oleh penulis ketika harus melakukan diseminasi classroom action research di sekolah-sekolah. Kepala sekolah yang mengadopsi kepemimpinan instruksi-otoritarian tidak selalu bisa memberi peluang kepada penulis untuk mengajak para guru melakukan classroom action research di kelasnya, dengan alasan kegiatan penelitian kelas itu akan mengganggu pencapaian target kurikulum yang telah dicanangkan oleh pusat.
 
Di sisi guru, sebenarnya sangat mendambakan untuk selalu meningkatkan profesionalisme secara berkelanjutan melalui classroom action research. Sebab mereka sebenarnya mengerti, dengan melakukan penelitian itu para guru akan mampu melakukan refleksi terhadap praktik pembelajaran yang selama ini dilakukannya. Para guru telah dilatih berhari-hari mengenai cara-cara melakukan classroom action research. Tetapi, gara-gara ada kepala sekolah tidak reseptif terhadap inovasi, akhirnya guru harus puas dengan praktik yang bertahun-tahun dilakukan dan dianggap telah baik tanpa ada sistem feedback yang diperolehnya dari penelitian tindakan kelas.
 
Kepala sekolah yang memiliki kepemimpinan partisipatif-transformasional memiliki kecenderungan untuk menghargai ide-ide baru, cara baru, praktik-praktik baru dalam proses belajar-mengajar di sekolahnya, dan dengan demikian sangat senang jika guru melaksanakan classroom action research. Sebab, dengan penelitian kelas itu sebenarnya guru akan mampu menutup gap antara wacana konseptual dan realitas dunia praktik profesional. Akibat positifnya ialah dapat ditemukannya solusi bagi persoalan keseharian yang dihadapi guru dalam proses belajar-mengajar di kelas. Jika hal ini terjadi, berarti guru akan mampu memecahkan sendiri persoalan yang muncul dari praktik profesionalnya, dan oleh karena itu mereka dapat selalu meningkatkannya secara berkelanjutan.
  
AGAR proses inovasi di sekolah dapat berjalan dengan baik, kepala sekolah perlu dan harus bertindak sebagai pemimpin (leader) dan bukan bertindak sebagai bos. Ada perbedaan di antara keduanya.
 
Oleh karena itu, seyogianya kepemimpinan kepala sekolah harus menghindari terciptanya pola hubungan dengan guru yang hanya mengandalkan kekuasaan, dan sebaliknya perlu mengedepankan kerja sama fungsional. Ia juga harus menghindarkan diri dari one man show, sebaliknya harus menekankan pada kerja sama kesejawatan; menghindari terciptanya suasana kerja yang serba menakutkan, dan sebaliknya perlu menciptakan keadaan yang membuat semua guru percaya diri.
 
Kepala sekolah juga harus menghindarkan diri dari wacana retorika, sebaliknya perlu membuktikan memiliki kemampuan kerja profesional; serta menghindarkan diri agar tidak menyebabkan pekerjaan guru menjadi membosankan.
 
----------------------
Prof. Suyanto, PhD.  Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Ketua Tim Komite Reformasi Pendidikan
Sumber :
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0103/23/dikbud/foru09.htm